Menjadi fotografer yang sukses
sebenarnya resepnya sama dengan bagaimana menjadi sukses di profesi lainnya.
Saat menimba ilmu di Bucknell University, Pennsylvania, PA, salah satu profesor
saya Bill Gruver mengatakan supaya sukses ada tiga pilar penting yang harus
kita kendalikan dan ada faktor eksternal yang harus kita waspadai. Pilar-pilar
itu adalah: Kualitas, ketrampilan berpolitik, kepercayaan dan keberuntungan.
Sebelumnya tentu kita harus
mendefinisikan sukses. Sukses bagi orang beda-beda, tapi pada umumnya adalah
memiliki kehidupan yang bahagia dan sejahtera tanpa kekurangan apa-apa, dan
bisa mengaktualisasikan diri, dalam arti memaksimalkan potensi dalam diri dan mengerjakan
apa yang kita kita sukai dalam hidup kita.
I: Kualitas
Sulit membayangkan seseorang bisa
sukses dengan kualitas produk yang jelek. Maka itu, seni dan teknik harus kita
pelajari dan asah, baik teknik fotografi maupun editing. Terkadang, kita telah
berusaha maksimal dan merasa produk/foto kita sangat bagus, tapi laku tidaknya
semua tergantung dari persepsi pemirsa. Maka itu review dari photo editor,
fotografer yang berpengalaman dan klien/calon pembeli sangat penting.
Semakin banyak orang yang masuk ke
dalam dunia fotografi karena mudah dan terjangkaunya alat-alat fotografi dan
banyaknya jalur untuk belajar fotografi, maka setiap tahun jumlah fotografer
yang memasuki ranah profesional akan meningkat secara berlipat. Jika tidak ada
kualitas yang unik dari karya-karya Anda, tentunya akan makin sulit mendapatkan
pekerjaan baru atau sekedar mempertahankan yang ada, karena realitasnya, kalau
kualitas Anda beda-beda tipis dengan yang lain, klien akan memilih harga yang
termurah yang bisa diperoleh.
Kualitas teknik yang sempurna
seperti membuat foto yang tajam, warna yang cerah dan sebagainya tentunya tidak
cukup dan kadang tidak relevan. Kualitas teknik harus dipadukan dengan kualitas
seni, dan memang paling sulit membahas tentang kualitas seni, karena seni
sendiri sesuatu yang tidak terlepas dari pro dan kontra. Sebagian orang akan
suka karya Anda, tapi sebagian besar yang lain tidak akan suka. Triknya adalah
mencari klien/pembeli yang menyukai gaya Anda, ntah itu teknik fotografi-nya
dan/atau olah digitalnya.
II: Ketrampilan berpolitik
Mendengar kata Politik kadang
membuat seram, karena reputasi dunia politik yang penuh dengan trik dan
keculasan. Tidak sering kita dengar istilah dunia politik itu kotor. Tapi
maksud saya dengan politik adalah kualitas hubungan antar manusia. Kebanyakan
job fotografi yang akan Anda terima adalah karena rekomendasi dari orang-orang
yang Anda kenal. Jika Anda adalah orang yang tidak menyenangkan tentunya sulit
bagi orang lain untuk merekomendasikan Anda.
Pilar ini juga mempertimbangkan
tentang seberapa pintar Anda dalam berinteraksi dengan orang lain, apakah Anda
seorang extrovert? Jika iya, Anda mendapat nilai plus. Orang yang extrovert
nyaman berinteraksi dengan orang lain, nyaman berada di dalam kondisi yang
ramai. Lebih lagi, lebih mudah bekerjasama dengan tim dan orang banyak.
Jika memiliki ketrampilan
berinteraksi yang baik dengan orang lain, Anda akan bisa mendapatkan job-job
yang unik dan/atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
III: Kepercayaan
Calon klien akan bertanya dalam hati
“Apakah fotografer ini bisa diandalkan?” Jika jawabanya iya, berarti Anda lulus
pilar yang ini. Kepercayaan adalah faktor yang tidak kalah penting dari dua
pilar diatas. Menumbuhkan kepercayaan itu mudah sebenarnya tapi perlu bekerja
keras. Kunci dari mendapatkan kepercayaan adalah konsistensi, memenuhi harapan
dan janji, dan otentisitas.
Yang saya maksud dengan konsistensi
adalah seberapa sering dan rutin Anda berkarya. Contohnya saya menulis blog ini
rata-rata dua tulisan seminggu, dan setiap hari saya memeriksa dan membalas
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan melalui kotak komentar. Kegiatan itu
sudah menjadi rutinitas dan kebiasaan saya, hanya kalau saya sakit, sedang tour
foto atau keluar kota untuk mengajar, saya tidak sempat memeriksa komentar dan
menulis. Tidak sulit bagi saya untuk menulis, tapi yang sulit adalah duduk dan
memulai mengetik.
Dalam konteks fotografi, berapa
sering Anda motret? baik dibayar atau tidak. Dengan memiliki waktu yang
konsisten dalam memotret, intuisi akan meningkat dan alhasil karya foto juga
akan lebih baik dari sebelumnya.
Kebanyakan orang menebarkan
janji-janji yang kadang muluk-muluk kepada klien, dan sebenarnya janji itu
mudah dan menarik. Tapi janji juga sebuah hutang, dengan menebarkan janji tapi
tidak melaksanakannya ya sama saja bohong, dan itu akan berakibat ke karir Anda
dikemudian harinya.
Kebanyakan klien tidak akan peduli
dengan prestasi, penghargaan atau jumlah sertifikat yang Anda peroleh, tapi
lebih peduli “Apa yang bisa saya dapatkan darinya” Tidak dapat dipungkiri,
sebagian besar manusia peduli dengan diri sendiri dan kebutuhannya. Mereka akan
bertanya-tanya, apakah fotografer ini bisa melakukan tugas dengan baik dan
memenuhi harapan saya? Jika jawabannya tidak, maka meskipun Anda adalah seorang
yang sangat supel dan menarik, tapi tidak akan mendapatkan pekerjaan tersebut.
Satu hal lagi yang menurut saya
tidak rumit, tapi kebanyakan orang menghindarinya adalah menjadi pribadi yang
otentik. Sederhananya orang yang otentik menyadari dirinya tidak sempurna, dan
tidak segan-segan untuk terbuka kepada orang lain. Lawan kata otentik mungkin
yang mendekati adalah munafik. Orang yang otentik tidak kuatir harus jaga
muka, yang selalu mementingkan bagian luar terlihat bagus, dalamnya bobrok gak
apa-apa.
Menurut saya seniman yang berpeluang
untuk sukses adalah seniman yang otentik, mereka berani jujur dengan orang lain
kelebihan dan kelemahan mereka, tidak takut dikritik atau mendapatkan like
sedikit di facebook. Karya-karya foto mereka sangat kreatif dan sangat berbeda
dengan aturan-aturan yang baku yang disukai oleh sebagian besar masyarakat.
Secara umum, orang-orang akan lebih percaya ke kita jika kita otentik karena
kita ngomong apa adanya secara jujur dan terbuka. Beban kita juga lebih
ringan, karena bebas membuat karya yang kita sukai.
Faktor
“Luck”
Faktor yang eksternal yang
menentukan kesuksesan seseorang adalah keberuntungan. Seringkali orang yang
percaya diri dan pintar merasa sukses itu karena kualitas dirinya sendiri, tapi
realitasnya, faktor keberuntungan ini cukup besar porsinya yang dapat
melejitkan kesuksesan maupun menghancurkan. Sebagian besar orang menjadi
sombong karena mengganggap kesuksesannya karena kepintaran diri sendiri padahal
sebagian besar karena faktor “luck.” Kontrasnya, sewaktu gagal, sebagian besar
orang mengatributkan kegagalan karena faktor keberuntungan, bukan karena
kualitas diri yang masih kurang baik.
Tidak usah jauh-jauh, misalnya saat
jalan-jalan untuk hunting landscape, meskipun kita pergi di musim kemarau, tapi
bisa jadi yang didapatkan adalah hari yang mendung seharian, dan matahari tidak
terlihat baik sunrise maupun sunset. Tapi kadangkala juga kita beruntung karena
ketika pergi ke lokasi, kondisi cuaca sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Dalam fotografi candid/dokumentasi
juga demikian, ada istilah decisive moment, dimana ada momen dimana aksi dalam posisi puncak. Hal ini
kadang tergantung keberuntungan fotografer. Jika dia berada pada posisi yang
pas dan membawa kamera dan lensa yang cocok detik itu, dia akan bisa menangkap
momen itu dengan baik.
Untuk menjinakkan faktor Luck ini,
yang penting menurut saya adalah kita harus siap mental dan mencoba melakukan
yang terbaik yang kita bisa. Jika ada kesempatan yang baik, cobalah ambil
kesempatan tersebut sebaik-baiknya.
Kesimpulan
Saat profesor saya membabarkan
tentang hal ini, ada murid yang bertanya, kalau kita lemah di satu atau dua
pilar, apakah masih ada kemungkinan kita bisa sukses? Profesor Gruver menjawab,
“Bisa saja, asalkan pilar yang kuat sangat menonjol.”Jadi syukurlah, meskipun
kita lemah di satu pilar, kita bisa menguatkan pilar-pilar yang lain supaya
bisa sukses! Sekedar mengingatkan, kalau hal-hal diatas adalah sebuah
teori dan pemikiran, jika merasa ada manfaatnya, silahkan dipelajari dan
dipraktikkan. Semoga sukses di dalam karir, usaha maupun fotografi.
- See more at:
http://www.infofotografi.com/blog/2014/06/pilar-sukses-bagaimana-menjadi-fotografer-yang-sukses/#sthash.nLliiiti.dpuf
Unknown
Saturday, September 9, 2017